Pengalaman pertama cara ekspor furniture rotan hasilkan ratusan juta,ketipu ratusan juta juga

cara ekspor furniture rotan hasilkan ratusan juta (berdasarkan pengalaman penulis)
Pengalaman pertama cara ekspor furniture rotan hasilkan ratusan juta,ketipu ratusan juta juga
Pengalaman pertama cara ekspor furniture rotan hasilkan ratusan juta,ketipu ratusan juta juga

Perkenalkan nama saya Fernando dari Jawa timur. Cerita ini berawal dari keinginan memiliki usaha yang berorientasi pada ekspor.

Pertanyaan pertama yang muncul adalah, kenapa harus ekspor ? Jawabannya adalah Karena setelah melakukan literasi Googling sana-sini, saya menemukan bahwa usaha ini memiliki profit margin yang lumayan besar, namun jangan tergiur dulu karena saya memiliki banyak cerita tentang banyaknya pengusaha yang jatuh karena bisnis ekspor ini.

Next kalian bisa baca tentang cerita dark side bisnis ekspor disini.(ingatkan saya kalo masih belum nulis ceritanya😅)

Pada dasarnya ekspor adalah jual beli, namun istilah ekspor sendiri berarti si penjual menjual barangnya ke luar negeri sehingga dibutuhkan dokumen dan proses tertentu di dalamnya (menurut saya aja). Proses dan dokumen itu sebenarnya mudah, namun memang dibutuhkan bendera perusahaan dan legalitas perusahaan tergantung apa yang akan di ekspor.

Kalian bisa baca lengkapnya disini : cara ekspor step by step untuk yang baru mau mulai bisnis ekspor.

Baca juga : saya mendirikan perusahaan berbentuk CV hanya dengan biaya 1 juta

Oke kita masuk ke cerita utama

  1. Mencari buyer.
    Oke ini adalah Langkah awal saya yang salah, saya ulangi, SALAH.

Posisi saya saat ini adalah sebagai trader, dan sebenarnya sah-sah saja untuk menjadi trader.

Trader itu punya buyer tapi tidak melakukan produksi (kata orang cirebon sih gitu)

Namun kesalahan saya muncul saat saya menjadi trader yang kurang persiapan atau bahkan bisa dibilang nekat. Kesalahan saya terletak pada saya tidak memiliki partner produksi yang baik, tidak memahami produk dan asal percaya kepada sembarang orang.satu lagi, asal tebak harga produksi dan salah menentukan harga jual.mohon dimaklumi, karena ini bisnis pertama saya.

Berbekal ini saya mencari buyer furniture rotan dan Alhamdulillah dapat. Cara saya mencari buyer adalah dengan menggunakan internet contohnya : website, sosial media, forum online, dan lain-lain.

Dan buyer pertama saya yang saya dapat berasal dari Facebook. cerita bagaimana saya mendapatkan buyer dan usaha yang saya lakukan untuk mendapatkannya akan saya tulis di artikel yang berbeda, kalian bisa membacanya di sini.

Klunting… Ada yang kontak saya melalui Facebook yang mengatakan dirinya berminat dengan produk rotan. Langsunglah saya sambut dengan katalog yang sudah saya persiapkan sebelumnya dan kita nego harga di WhatsApp.

Kalo ada yang tanya, kok ngga formal banget sih di whatsapp ?
Yup, memang tidak formal tapi cukup efisien dan cepat untuk closing order. Umumnya saya akan ngobrol atau chattingan di WhatsApp untuk negosiasi dan akan meneruskan/merangkum isi chat di email agar tetap terlihat formal tapi tidak kaku.

Sejauh ini saya mendapatkan buyer dari Facebook, website, dan relasi

Deal deal an harga dan spek produk

Setelah deal dengan harga dan spek produk saya baru mencari partner produks(harusnya ini di step pertama) .kita dapat kontrak untuk produksi 5 container produk full rotan.

namun karena belum rezeki ,setelah beberapa bulan saya baru tau ada yang janggal dengan produk.Barang yang diproduksi memiliki kualitas jelek, tidak sesuai spek dan terlihat “murah” dan masih ada juga barang yang belum diproduksi, dan partner produksi kami ngilang
ninggal hutang 166 juta di pengerajin lokal dan
bawa uang saya 111 juta +
ada barang yang tidak layak kirim dan kena komplain 130 juta. Totalnya 400 juta an. Walhasil kita produksi ulang barang yang jelek kualitasnya sambil minta keringanan buyer untuk menunda pengiriman karena teknikal problem.

Habis sudah profit kita waktu itu. Sungguh pelajaran yang mahal. Kalo detailnya panjang dan saya agak enggan bahas itu.next aja ya.

Saran saya untuk cari partner produksi yang bener bener sudah besar walaupun itu mungkin berarti profit margin kita kecil. Aman dulu yang penting.usahakan dapatkan partner tersebut dari relasi kenalan kita, atau kalau bisa keluarga.

Atau lebih bagusnya lagi langsung terjun untuk produksi.

Kesulitan kedua yang bener bener jadi masalah untuk saya waktu itu adalah modal. Yup saya dapet 5 container tapi pakai L/C.
Waktu pertama buyer ngomong pakai L/C saya sih santai aja soalnya habis baca iklan nya bank mandiri yang katanya mau danain pembiayaan ekspor, dan meteri himbau untuk mempermudah pendanaan ekspor yang menggunakan L/C.jadi saya santai aja.

Tapi waktu L/C jadi dan kita dapet L/C nya .kita otw bank dan bank bilang kita bisa dapet pendahaan, tapi setelah pengiriman container ke-3 .kacau waktu itu kita ga pegang dana sepeser pun.

Saran saya kalo dah gini sih

  1. Pinjaman bank
  2. Cari partner produksi yang gede sekalian.
  3. Nego ke buyer untuk ganti ke TT dengan dp 50% atau berapa kalian mampu.
    Saya sendiri memilih untuk melakukan opsi pertama waktu itu, namun setelah menulis artikel ini saya sarankan untuk melakukan opsi ketiga atau kedua

Nah itu aja. Kalo ada pertanyaan kalian bisa tulis di kolom komentar

Atau kalo urgent/keperluan bisnis bisa di whatsapp.me/089687865242

Tinggalkan komentar